LAPORAN
PRAKTIKUM
SISTEM
PERTANIAN INDUSTRI
KUNJUNGAN INDUSTRI DI PERKEBUNAN TEH TAMBI
WONOSOBO
DISUSUN
OLEH :
NAMA : INTAN LAKSITADEWI
NIM : 15/385453/TP/11322
GOL : 1
CO ASS : RAHMAWATI
BA’IDATUN NIHAYAH
AZKA
SINATRYA
HARYO
PRASTONO
LABORATORIUM
FISIKA HAYATI
DEPARTEMEN
TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman
teh merupakan tanaman yang bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan tubuh saat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman teh. Teh merupakan komoditi yang
tidak pernah mati karena selalu menjadi primadona di pasar dunia. Saat ini,
Indonesia berada pada peringkat 40 dunia dalam konsumsi teh dengan kisaran
konsumsi sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun.
Meskipun dalam segi konsumsi teh Indonesia masih jauh dibandingkan dengan
negara lain, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri
perkebunan the karena merupakan penghasil teh ke-5 terbesar di dunia.
Untuk
memenuhi kebutuhan konsumen, kegiatan berupa input, proses, dan output harus
bersatu dalam suatu sistem industri supaya bahan baku maupun hasil yang
diperoleh dapat tersedia secara berkesinambungan. Dari zaman nenek moyang,
pembuatan teh sudah dikenal meskipun masih dengan cara tradisional. Dengan
perkembangan teknologi saat ini, kegiatan di industri perkebunan teh mulai dari
penanaman teh, pemetikan, proses pembuatan teh, hingga pengemasan teh dapat
dilakukan secara mekanik. Bahkan dalam promosi dan pemasaran produk dilakukan
melalui media elektronik yakni televisi dan juga media sosial atau berbasis
komputer.
Sebagai
mahasiswa Teknik Pertanian dan Biosistem yang di dalamnya terdapat mata kuliah
Sistem Pertanian Industri, tentu diperlukan studi lapangan untuk mengetahui jalannya
industri pertanian secara nyata. Sehingga dengan pengetahuan ini, diharapkan
mahasiswa mampu mengenali cara memanajemen kegiatan pertanian sekaligus
meningkatkan kualitas produk, kontrol mutu, dan manajemen pemasaran. Selain
itu, juga perlu untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan metode proses
pembuatan teh itu sendiri dilihat dari rekayasa genetik dan persilangan bibit, perawatan
fisik dari hama dan penyakit, penggunaan mesin-mesin pertanian, dan perlakuan
biokimia, serta penjagaan mutu produk minuman teh berdasarkan teori yang telah
diterapkan oleh industri perkebunan teh. Setelah mengenali berbagai kegiatan
industri teh diharapkan mahasiswa dapat merekayasa baik proses maupun peralatan
dan mesin pertanian sehingga menghasilkan proses yang lebih efisien, dan ramah
lingkungan, serta lebih produktif dalam menghasilkan teh yang berkualitas.
Dengan
latar belakang di atas, maka diadakan sebuah kunjungan industri di pabrik teh
PT. Perkebunan Tambi Wonosobo. PT. Perkebunan Tambi dipilih karena merupakan
pabrik yang bergerak di bidang agroindustri dan sudah berpengalaman sehingga
mahasiswa dapat menggali banyak ilmu.
B. Tujuan
Kunjungan
Industri di PT. Perkebunan Tambi Wonosobo bertujuan untuk :
1. Mempelajari
cara budidaya tanaman teh.
2. Mempelajari
proses pembuatan teh dari penyiapan bahan baku hingga menjadi produk teh
kemasan yang siap konsumsi.
3. Mempelajari
tentang pemasaran produk.
4. Mempelajari
mengenai manajemen perusahaan tentang ketenagakerjaan, dan CSR.
C. Manfaat
Kunjungan
Industri di PT. Perkebunan Tambi Wonosobo bermanfaat untuk :
1. Mengetahui
cara budidaya tanaman teh.
2. Mengetahui
proses pembuatan teh dari penyiapan bahan baku hingga menjadi produk teh
kemasan yang siap konsumsi.
3. Mengetahui
tentang pemasaran produk.
4. Mengetahui
mengenai manajemen perusahaan tentang ketenagakerjaan, dan CSR.
BAB
2
PEMBAHASAN
1.
Sejarah
PT. Perkebunan Tambi
Sejarah perkebunan teh Tambi berawal pada
masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865, perkebunan disewakan kepada pengusaha-pengusaha swasta Belanda yaitu
antara lain D.Vander Ship ( UP.Tanjungsari ) dan W.D Jong ( UP.Tambi dan
Bedakah).
Pada tahun 1880, perkebunan tersebut
dibeli oleh Mr. M.T.Van Denberg, A.W.Hole dan ED.Jacobson, yang kemudian secara
bersama mendirikan Bagelan Thee en Kina Maatschappij di Wonosobo yang dalam
pengurusan perkebunan dan pengolahan perkebunan teh tersebut diserahkan kepada
Firma John Peet dan CO yang berkedudukan di Jakarta. Pada tahun 1942, kebun
Tambi, Bedakah, dan Tanjungsari dikuasai oleh Jepang. Pada umumnya, tanaman teh
tidak dirawat dan sebagian dibongkar dan diganti dengan tanaman lain seperti
palawija, ubi-ubian, pyrethrum, dan tanaman jarak.
Gambar
1.1 Halaman depan PT Perkebunan Tambi
Setelah proklamasi kemerdekaan RI tanggal
17 Agustus 1945, kebun Tambi, Bedakah, dan Tanjungsari secara otomatis diambil
alih oleh Negara Republik Indonesia dan berada di bawah naungan Pusat
Perkebunan Negara yang berpusat di Surakarta. Kantor perkebunan berada di
Tambi, Bedakah, dan Tanjungsari yang dipusatkan di Magelang Jawa Tengah.
Selanjutnya, berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar di Belanda pada bulan
November 1949, perusahaan-perusahaan asing di Indonesia yang sebelumnya sudah
diakui milik negara harus diserahkan kembali kepada pemilik semula. Oleh karena
itu, perkebunan Tambi, Bedakah, dan Tanjungsari harus diserahkan kembali oleh
pemerintah Indonesia kepada pemilik semula yaitu Bagelan Thee en Kina
Maatschappij. Pada tanggal 21 Mei 1951, setelah diadakan koordinasi antara
ketiga pengelola kebun tersebut, para eks pegawai Pusat Perkebunan Negara
membentuk kantor bersama yang dinamakan perkebunan gunung. Beberapa tahun
setelah perkebunan gunung mengelola ketiga kebun tersebut Bagelan Thee en Kina Maatschappij
menyatakan tidak mempunyai niat lagi untuk melanjutkan usahanya dan merasa
terlalu kesulitan dalam mengurus perkebunan tersebut yang kondisinya semakin
memburuk akibat revolusi fisik antara Indonesia dengan Belanda. Selaku Kepala
Jawatan Perkebunan Profinsi Jawa Tengah, Imam Soepono mengusahakan agar pihak
Bagelen Thee en Kina Maatschappij menyerahkan perkebunan tersebut ke Indonesia.
Hal tersebut diterima dengan baik oleh Bagelen Thee en Kina Maatschappij,
sehingga pada tanggal 26 November 1954 didirikan PT PPN yang diberi nama PT NV
ex PPN Sindoro Sumbing.
Pada tahun 1957 tercapai kesepakatan
bersama antara Pemerintah Daerah Wonosobo dengan PT NV e PPN Sindoro Sumbing
untuk bersama-sama mengelola perkebunan tersebut dengan membentuk perusahaan
baru yang modalnya 50% dari Pemerintah Daerah dan 50% dari PT NV ex PPN Sindoro
Sumbing. Dalam rangka merealisasi kesepakatan bersama tersebut, maka dibentuk
suatu perusahaan baru dengan nama PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi ( saat ini
PT PerkebunanTambi).
Pada perkembangannya, pada bulan Mei 2010 terjadi
kesepakatan bahwa PT NV eks PPN Sindoro Sumbing tidak lagi melanjutkan usaha
persama PEMDA untuk pengelolaan PT Perkebunan Tambi. Pengelolaan PT Perkebunan
Tambi sejak saat itu sampai sekarang 50% modalnya berasal dari PEMDA dan
50% dari PT IGP.
2.
Budidaya Tanaman Teh
Budidaya tanaman teh diawali dengan
pembibitan. Pembibitan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan biji
dan menggunakan metode stek daun. Metode stek daun lebih disarankan karena
lebih cepat dan produktif. Di PT Perkebunan Tambi pembibitan dilakukan dengan
stek.
Cara :
1.
Stek diambil dari pohon teh dewasa
yang ditanam di kebun. Diambil bagian atas meliputi pucuk daun, dan beberapa
helai daun di bawahnya.
2.
Tangkai atas dipotong dengan sudut
45o tujuannya supaya air yang jatuh di atas tangkai bisa langsung
mengalir sehingga tangkai tidak busuk. Selain itu, bertujuan untuk memperluas
daerah tumbuh daun sehingga daun baru banyak tumbuh.
3.
Tangkai bawah juga dipotong miring 45o
tujuannya untuk memperluas daerah pertumbuhan akar sehingga akar yang baru bisa
tumbuh banyak.
4.
Daun dipotong 50% dari ukuran
semula, tujuannya yaitu untuk mengurangi penguapan pada bibit stek.
5.
Bibit stek ditanam di media tumbuh.
Setelah beberapa bulan, mulai tumbuh daun baru. Hasil stek yang layak untuk
ditanam di lapangan adalah yang memiliki banyak akar dan lembaran daun baru
sekitar 8 helai.
Gambar 2.1
Pemandu (Bp.Puji) sedang menjelaskan tentang budidaya tanaman teh.
Berdasarkan
teori teknik budidaya teh, cara pembibitan dengan stek daun adalah sebagai
berikut:
1.
Ranting stek diambil: berumur 4-5
bulan setelah pangkas, mulai berkayu dan berwarna coklat. Posisi ranting stek
(stekres) tegak lurus (vertikal).
- Stekres berasal dari induk yang ditanam di kebun induk (Multiplication plant, MP).
- Panjang tangkai stek 3-4 cm dipotong miring 45o ke arah luar dan memiliki 1 helai daun.
- Jumlah stek dari stekres antara 2-5 stek/stekres diambil dari batas pangkal ranting yang berwarna coklat sampai daun ke tiga dari peko (pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif).
- Stek direndam di dalam larutan Dithane M-45 15-25 gram/liter selama 1-2 menit.
Karakteristik media tanam stek dan perlakuan yang harus
diberikan sebelum ditata di dalam polibag, sebagai berikut:
- Struktur tanah gembur, sedikit berliat, pH 4,5-5,5, bebas nematoda dan sisa akar/tanaman.
- Diperlukan dua macam tanah: 2/3-3/4 bagian lapisan tanah atas (top soil) untuk mengisi bagian bawah polibag ukuran 12×25 cm; 1/4-1/3 bagian lapisan tanah bawah (sub soil) untuk mengisi bagian atas polibag. Sebelumnya tanah disaring dengan saringan 1-2 cm.
- Tanah difumigasi Dithane M-45 dengan dosis 300-400 gram/m3 tanah. Dithane dicampur merata pada tanah saat dimasukkan ke polibag.
- Jika pH tanah terlalu tinggi, keasaman ditingkatkan dengan tawas sebanyak 0,5-1 kg/m3 tanah bersama dengan pemberian Dithane M-45.
- Pemupukan dasar: hanya diberikan pada tanah lapisan atas: SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 500 gram/m3 tanah.
Setelah penyiapan bibit stek, selanjutnya adalah penyiapan
media tanam dengan cara:
1.
Setengah bagian bawah polibag 12 x
25 cm diberi 5-6 lubang dengan diameter 0,5-1 cm.
2.
2/3-3/4 bagian lapisan tanah atas
(top soil) mengisi bagian bawah polibag, 1/2-1/3 bagian lapisan tanah bawah
(sub soil) mengisi bagian atas. Tanah dalam kondisi kering angin.
3.
Polibag disusun di dalam bedengan (1
m bedengan untuk 156-168 polibag).
- Satu hari sebelum tanam, bedengan disiram air.
- Buat lubang tanah 2-3 cm.
- Tanamkan stek di lubang tanam dengan posisi daun tegak, searah dan tidak saling tindih. Padatkan tanah di sekitar stek.
- Siram bedengan dan tutupi dengan selimut plastik, ujungnya ditimbun tanah sehingga membentuk parit.
- Pelihara 3 bulan dalam kelembaban 90%.
Setelah pembibitan di
dalam polibag siap, diperlukan naungan pembibitan dengan spesifikasi sebagai
berikut: Ukuran naungan pembibitan adalah 3 x 2,5 m atau 4,5-2,5 m dengan
tinggi 2 m. Setengah bedengan terbuat dari bilik dan bagian atasnya ditutup
jarang dengan wide. Pasang reng bambu dibagian atas bangunan ini dan tutup
dengan rerumputan sehingga cahaya matahari yang masuk sekitar 25% pada 3-4 bulan
pertama. Lebar bedengan 90-100 cm, tinggi 15 cm dan panjang sesuai kebutuhan
dan kondisi lapangan. Rangka sungkup terbuat plastik dengan tinggi lengkungan
60-70 cm.
Setelah pembibitan selesai, dilakukan perawatan pembibitan
sebagai berikut:
1.
Pengaturan intensitas matahari
- 0-3 bulan: 25-30%, naungan tertutup seluruhnya.
- 4-5 bulan: 30-40%, atap diperjarang.
- 6-7 bulan: 50-75%, atap lebih diper jarang lagi.
- 7-12 bulan: 90-100%, atap diperjarang.
- > 1 tahun: 90-100%, atap terbuka sampai dibuka.
- Penyiraman dilakukan bila perlu.
- Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan dengan pupuk daun Bayfolan 15 cc/15 liter air atau larutan urea 10-20 gram/liter, 1-2 minggu sekali.
- Pengendalian hama penyakit: Menutup sungkup segera bila ada serangan, menyemprot Dihane M-45 atau Cobox pada dosis 0,1-0,2%.
- Seleksi bibit dilakukan pada umur 6 bulan.
Selanjutnya, hasil stek yang sudah tumbuh ditanam di
lapangan dengan langkah sebagai berikut: Sobek polibag bagian bawah dan bagian
sisi; Tarik ujung polibag bawah ke bagian atas sehingga tanaman terbuka; Masukkan
ke dalam lubang tanam, timbun dan padatkan tanah di sekeliling batang; Polybag
ditarik hati-hati melalui tajuk tanaman; Ratakan tanah, jangan sampai terjadi
cekungan di sekitar batang.
Hal utama yang harus diperhatikan dalam cara
menanam teh yang baik adalah jarak tanam antara pohon yang satu dengan
pohon yang lain. Jarak tanam dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kemiringan lahan
serta jumlah tanaman yang terdapat dalam setiap hektar. Selain itu juga harus
diberi pupuk dasar pada saat penanaman yang berupa komposisi antara Urea, TSP,
dan KCl masing-masing sebanyak 12,5, 5, dan 5 gram pada setiap lubangnya.
Selain cara penanaman, perlu diperhatikan perawatan tanaman
untuk menghasilkan daun teh dengan kualitas yang baik. Perawatan tanaman
meliputi pemangkasan, pengendalian gulma, serta pengendalian hama dan
penyakit. Pemangkasan sebaiknya tidak dilakukan pada musim kemarau karena pada
musim kemarau tanaman teh membutuhkan naungan yang cukup dari sinar matahari
yang berlebihan. Dilakukan pula rekayasa lingkungan dengan penanaman pohon
peneduh dan tanaman penyubur tanah.
Gambar 2.2 Pohon Peneduh di Kebun
Teh Tambi
Pengendalian gulma penting dilakukan agar tanaman dapat
tumbuh dengan optimal. Sementara itu, pengendalian hama dapat dilakukan dengan
menggunakan obar anti hama yang dianjurkan. Tahap terakhir dari budidaya
tanaman teh adalah panen atau pemetikan. Pemetikan dapat dilakukan
dengan periode 6 sampai 12 bulan tergantung dari jenis tanaman teh yang anda
budidayakan.
3. Proses Pembuatan Teh
Proses pembuatan teh diawali dengan
pemetikan daun teh, kemudian pelayuan, penggilingan, fermentasi, pengeringan,
dan penjenisan. Pengolahan
daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh segar secara
terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang memunculkan sifat-sifat yang
dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa, dan aroma yang baik dan
disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari empat kelompok
yaitu subtansi fenol (catechin dan flavanol), subtansi bukan
fenol (pectin, resin. vitamin, dan mineral), subtansi aromatik
dan enzim-enzim.
Pemetikan
daun teh dilakukan untuk mengambil pucuk daun teh. Selain itu, pemetikan rutin
dilakukan untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara
berkesinambungan, dan terhindar dari penyakit cacar daun. Beberapa istilah perlu diketahui baik dalam
pemetikan maupun dalam menentukan rumus-rumus pemetikan. Istilah-istilah
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Peko adalah kuncup tunas aktif
berbentuk runcing yang terletak pada ujung pucuk, dalam rumus petikan tertulis
dengan huruf p.
2. Burung adalah tunas tidak aktif berbentuk
titik yang terletak pada ujung pucuk dalam rumus petik tertulis dengan huruf b.
3. Kepel adalah dua daun awal yang
keluar dari tunas yang sebelahnya tertutup sisik. Sisik ini segera berguguran
apabila daun kepel mulai tumbuh. Mula-mula tumbuh daun kecil berbentuk lonjong,
licin, tidak bergerigi, biasa disebut kepel ceuli. Selanjutnya kepel ceuli
diikuti oleh pertumbuhan sehelai daun kepel yang lebih besar yang disebut kepel
licin. Setelah daun-daun ini terbentuk, baru diikuti oleh pertumbuhan daun yang
bergerigi atau normal. Daun kepel ini dalam rumus petikan ditulis dengan huruf k.
4. Daun biasa/normal adalah daun yang
tumbuh setelah terbentuk daun-daun kepel, berbentuk dan berukuran normal serta
sisinya bergerigi. Dalam rumus petik ditulis dengan angka 1,2,3,4 dan
seterusnya tergantung beberapa helai daun yang terdapat pada pucuk tersebut.
5. Daun muda adalah daun yang baru
terbentuk tetapi belum terbuka seluruhnya, dan dalam rumus pemetikan ditulis
dengan huruf m mengikuti angka (1m, 2m, 3m).
6. Daun tua adalah daun yang berwarna
hijau gelap, terasa keras, dan bila dipatahkan berserat. Dalam rumus pemetikan
ditulis dengan huruf t mengikuti angka (1t, 2t, 3t).
7. Manjing adalah pucuk yang telah
memenuhi syarat sesuai dengan sistem pemetikan yang telah ditentukan.
Macam dan rumus petikan adalah
sebagai berikut:
1. Petikan
imperial: bila yang dipetik hanya kuncup peko (p + 0).
2.
Petikan pucuk pentil: bila yang dipetik peko dan satu lembar daun dibawahnya(p+1m).
3.
Petikan halus: bila yang dipetik peko dengan satu lembar atau dua lembar daun burung
dengan satu lembar daun muda (p + 1m, b + 1m).
4.
Petikan medium: bila yang dipetik peko dengan dua lembar atau tiga lembar daun
muda dan pucuk burung dengan satu, dua atau tiga lembar daun muda ( p + 2m, p +
3m, b + 1m, b + 2m, b + 3m).
5.
Petikan kasar: bila yang dipetik dengan tiga lembar daun tua atau lebih daun burung
dengan satu, dua, tiga lembar daun tua (p + 3, p + 4, b + 1t, b + 2t, b + 3t).
6.
Petikan kepel: bila daun yang ditinggalkan pada perdu hanya kepel (p + n/k, b +
n/k).
Daun teh yang dipetik harus segera
masuk ke pabrik supaya tidak mengalami fermentasi selama perjalanan. Jangka
waktu dari pemetikan hingga masuk pabrik maksimal 5 jam. Berikut ini adalah
proses pembuatan teh setelah pemetikan.
·
Proses
pelayuan => Daun teh diratakan di kotak pelayuan (withered trough), dialiri udara segar dari bawah dengan suhu udara
segar 26oC. Daun teh dibalik 6 jam sekali. Proses ini memakan waktu 16-18
jam. Masing-masing withered trough memuat 1,5 ton daun teh. Fungsi dari
proses pelayuan ini adalah untuk menghilangkan kadar air sampai dengan 48-50%.
Gambar 3.1 Ruang Pelayuan
·
Proses
penggilingan => Sebuah mesin penggiling memuat 350 kg daun teh dan waktu
untuk menggiling adalah 45 menit. Tujuan penggilingan yaitu untuk membentuk
partikel teh. Setelah digiling, daun teh diayak. Proses mengayak ini terjadi
beberapa kali dengan hasil berupa bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3.
Gambar 3.2 Ruang Penggilingan
·
Fermentasi
=> Tujuannya untuk mengoptimalkan enzim polivenol. Fermentasi dilakukan
selama 90-130 menit. Hitungan proses fermentasi dimulai saat daun teh masuk ke
ruang penggilingan. Suhu dikontrol supaya stabil 21-22oC, dan
kelembaban harus >90% supaya kerja enzim polivenol maksimal. Selama
fermentasi, terjadi perubahan warna menjadi hitam atau merah tembaga, perbuahan
aroma, dan perubahan rasa.
·
Proses
pengeringan => Berlangsung selama ± 25 menit, dengan suhu luar 45oC
sedangkan suhu dalam 90-100oC. Dari proses ini dihasilkan teh dengan
kadar air maksimal 4% karena jika berlebih akan memungkinkan tumbuhnya bakteri
seperti salmonela, e. colina dan sebagainya yang berbahaya bagi kesehatan
manusia. Cara: Mengalirkan udara panas dari kompor di bagian bawah ke mesin.
Bahan bakar untuk proses pengeringan ini adalah kayu dan batok kelapa untuk
rasa yang lebih enak. Pengaliran panas ini harus dikontrol supaya tidak ada
asap yang masuk ke mesin karena akan merusak teh yaitu menghasilkan rasa teh
yang smoky.
Gambar 3.3 Ruang Pengeringan
·
Penjenisan
=> Mengelompokkan teh berdasarkan ukuran partikel, kandungan serat, dan
berat jenisnya. Dianalisis juga dari warna fisik teh yaitu lebih hitam maka
kualitas teh lebih bagus. Rasa lebih sepet lebih baik. Dengan penjenisan ini
didapatkan teh dengan grade 1, grade 2, dan grade 3.
Gambar 3.4 Ruang Penjenisan dan
Kegiatan Penjenisan Teh
Bahan
baku untuk semua jenis teh sama saja, yang membedakan adalah prosesnya. Teh
hitam dibuat dengan full fermentasi. Proses pembuatan teh hitam yaitu pelayuan
(8 jam), penggilingan (45 menit), fermentasi maksimal 130 menit, pengeringan,
dan penjenisan. Proses pembuatan Teh Oolong sama dengan teh hitam hanya saja
proses fermentasinya hanya ½ fermentasi. Teh putih/ White Tea dibuat dari 100%
pucuk daun teh dan tanpa fermentasi. Teh hijau/ Green Tea dibuat dari pucuk
daun teh ditambah dengan 3 lembar daun di bawahnya, dan tanpa proses
fermentasi.
Gambar 3.5 Berbagai Jenis Teh di PT Perkebunan Tambi
Setelah proses
pembuatan teh selesai, maka dilakukan quality
control di ruang tester. Bila teh tersebut memenuhi standar maka akan
dikemas ditempat penyimpanan sementara (disimpan didalam tong plastik berukuran
besar). Bila sudah siap untuk dipasarkan, contohnya di ekspor maka daun
teh yang siap dipasarkan tersebut akan dikemas kedalam papersack.
Gambar 3.6 Ruang
Uji Mutu Teh
Gambar 3.7 Pengujian Mutu Teh
4. Manajemen Pemasaran Produk
Berdasarkan informasi yang didapat
dari pemandu, PT Perkebunan Tambi tidak hanya mendistribusikan teh di pasar
Indonesia tetapi juga diekspor. Namun, cara ekspornya secara tidak langsung
atau masih menggunakan jasa perusahaan ekportir karena belum sanggup membiayai
seluruh kegiatan ekspor dan juga kebijakan persyaratan ekspor yang rumit. Persentase
pendistribusian yaitu 45% di dalam negeri dan 55% diekspor ke luar negeri.
Dari sumber
lain diketahui bahwa pemasaran yang dilakukan di PT Perkebunan Tambi dilakukan
dengan 2 macam cara yaitu untuk tujuan ekspor melalui beberapa perusahaan dan
pemasaran di pasar lokal Wonosobo.
Pemasaran untuk ekspor melalui
beberapa perusahaan sebagai berikut:
-
PT. Pagilaran Yogyakarta
-
PT. Sariwangi Bogor
-
PT. Trijaya Prima Internasional Jakarta
-
PT. Sedap Harum Bogor
-
PT. Kurnia Harum Sari Sukabumi
Sedangkan
untuk pemasaran lokal dilakukan melalui unit penjualan yang ada di PT
Perkebunan Tambi. Unit penjualan ini melayani pembelian langsung pada pembeli
maupun pada agen-agen yang telah terdaftar. Agen yang ikut memasarkan produk
teh Tambi antara lain:
-
Kopersi Prasojo, di kantor Direksi
-
Koperasi Gotong-royong, di UP Bedakah
-
Koperasi Setia Kawan di UP Tambi
-
Koperasi Sederhana di UP Tanjungsari
-
PT Rita Ritelindo Wonosobo
-
Toko Teh Tambi Wonosobo
-
Toko Aneka Wonosobo
5. Manajemen Perusahaan Tentang
Ketenagakerjaan dan CSR
v Ketenagakerjaan.
Dalam
pelaksanaan kerja di PT. Perusahaan Tambi dibagi menjadi tiga bagian utama,
yaitu:
·
Bagian kebun, bertugas mengusahakan
produksi pucuk sebagai bahan baku teh seoptimal mungkin dengan segala aspek
pekerjaan pendukungnya.
·
Bagian pabrik, bertugas mengelola
hasil dari bagian kebun menjadi teh siap jual sesuai dengan petunjuk dari
direksi atau pemasaran.
·
Bagian kantor, bertugas melaksanakan
pekerjaan administrasi dan masalah perkantoran lainnya sebagai bagian dari
kegiatan suatu usaha.
Struktur organisasi di PT Perkebunan Tambi
dapat dilihat pada lampiran.
Gambar 5.1
Struktur Organisasi PT Perkebunan Tambi
PT
Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang direktur utama sedangkan UP Tambi
dipimpin oleh pimpinan UP. Dalam menjalankan tugasnya pemimpin UP dibantu oleh
kepala bagian kebun, bagian pabrik dan kantor. Penjabaran tugas dan wewenang
dari masing-masing anggota dari struktur organisasi UP Tambi sebagai berikut:
·
Pemimpin Unit Perkebunan =>
merupakan Kepala Perkebunan yang bertanggung jawab secara langsung kepada
direksi PT Perkebunan Tambi, serta membawahi Kepala Bagian Kebun, Pabrik dan
Kantor.
·
Kepala Bagian Kebun => membawahi
beberapa kepala blok dan bagian administrasi kebun.
·
Kepala Bagian Pabrik => membawahi
Kepala Urusan Pengolahan, Kasi Teknik dan Administrasi Pabrik.
·
Kepala Bagian Kantor => membawahi
bagian pembukuan, Kepala Keamanan, ekspedisi, bendahara dan pembantu umum.
Pembagian jam
kerja UP Tambi secara umum sebagai berikut:
Pukul 07.00 - 12.00 WIB
Pukul 12.00 - 13.00 WIB (istirahat)
Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Pembagian
kerja para karyawan bagian pengolahan sebagai berikut:
Ø
Pelayuan:
Shift 1 pukul 05.00 - 13.00 WIB
Shift 2 pukul 09.00 - 17.00 WIB
Shift 3 pukul 16.00 - 22.00 WIB
Shift 4 pukul 22.00 - 05.00 WIB
Ø Penggilingan
Pukul 05.00 - 13.00 WIB (istirahat 1 jam).
Ø Pengeringan
Pukul 07.00 - 13.00 WIB (istirahat 1 jam).
Ø Sortasi
Pukul 07.00 - 15.00 WIB (istirahat 1 jam).
Ø Gudang dan Pengepakan
Pukul 07.00 - 15.00 WIB (istirahat 1 jam).
Karyawan
memiliki hak untuk mendapat fasilitas. Berikut ini fasilitas yang disediakan
oleh PT Perkebunan Tambi untuk karyawan.
1.
Sarana olah raga, sarana kesenian,
dan tempat ibadah.
2.
P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesejahteraan Karyawan).
3.
Perumahan
4.
Rekreasi
5.
Tunjangan, meliputi: Tunjangan hari
raya, cuti tahunan, pakaian kerja meninggal dunia.
6.
Kesejahteraan karyawan seperti
Jamsostek, koperasi karyawan, santunan, pendidikan dan purnakarya.
7.
Pelayanan kesehatan untuk karyawan,
keluarga, dan purnakarya seperti pengobatan BPK, pelayanan KB, posyandu,
pemeriksaan kesehatan calon karyawan, pemeriksaan kesehatan berkala untuk
karyawan pabrik dan petugas pestisida.
8.
Dana pensiun.
9.
Pemberian teh tiap bulannya.
v
Kegiatan
CSR Perusahaan
a.
Bidang Sosial
v
Membantu transportasi pembagian
raskin.
ü
Menyediakan fasilitas air bersih.
ü
Membantu pendanaan kegiatan
masyarakat seperti acara selamatan desa.
ü
Membantu kegiatan posyandu.
ü
Pembagian teh setiap bulan ke semua
instansi di sekitar perkebunan teh.
b. Bidang Kesehatan dan Kerohanian
ü Kegiatan-kegiatan olahraga.
ü
Pembanguanan tempat ibadah.
c. Kepedulian
Pembangunan Desa Sekitar
Kegiatan
kepedulian pembangunan desa sekitar ini dilakukan 1 tahun sekali untuk 20 desa
sekitar yang sudah ditetapkan berupa bantuan dana untuk pembangunan desa.
d. Bidang Pendidikan
ü
Menerima mahasiswa magang atau PKL
dari berbagai universitas/lembaga pendidikan.
ü
Menyediakan sarana TPA dan PAUD.
ü
Bantuan transportasi pendidikan.
ü
Mendukung program Kebun Bibit
Sekolah dengan cara menyediakan bibit untuk sekolah-sekolah di Wonosobo.
e. Bidang Ekonomi
ü Menyediakan areal kios untuk jualan di tempat wisata.
ü Menyediakan areal parkir.
ü Menyediakan akses jalan di kebun pertanian penduduk sekitar
kebun teh.
ü Usaha koperasi di masing-masing Unit Pertanian.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum Sistem Pertanian Industri berupa Kunjungan
Industri di PT Perkebunan Tambi Wonosobo yang telah dilaksanakan pada Sabtu 30
April 2016, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Cara budidaya tanaman teh diawali
dengan pembibitan. Pembibitan dilakukan dengan metode stek. Stek yang telah
siap, ditanam di media tanam polibag dengan pemberian naungan dan anti fungi (Dithane-45)
serta dilakukan pengontrolan kelembapan. Bibit stek dirawat dengan pengaturan
intensitas sinar matahari, dan penyiraman. Setelah 6 bulan, bibit stek yang layak
tanam yaitu yang bebas penyakit dan sudah memiliki banyak daun baru dapat
ditanam di lapangan.
2.
Proses pembuatan teh dimulai dari
pemetikan untuk penyiapan bahan baku pucuk teh. Pemetikan dilakukan menggunakan
rumus tertentu. Proses selanjutnya yaitu pelayuan, penggilingan, fermentasi,
pengeringan, dan penjenisan. Setelah menjadi teh siap konsumsi, dilakukan
pengontrolan mutu teh, pengemasan untuk dipasarkan dan juga penyimpanan jika
belum akan dipasarkan.
3.
Pemasaran yang dilakukan PT
Perkebunan Tambi tidak hanya di pasar Indonesia tetapi sudah menjangkau pasar
global. Ekspor yang dilakukan belum secara mandiri melainkan bekerjasama dengan
perusahaan eksportir. Hal ini karena PT Perkebunan Tambi belum bisa membiayai
seluruh kegiatan ekspor dan kebijakan persyaratan ekspor yang rumit.
4.
Ketenagakerjaan di PT Perkebunan
Tambi memiliki struktur organisasi sehingga tugas dan wewenang setiap karyawan
dapat terbagi dengan jelas. Perusahaan memiliki pembagian waktu kerja karyawan
yang terjadwal. Untuk pemenuhan hak karyawan, perusahaan memberikan fasilitas
berupa sarana prasarana kantor, tunjangan, layanan kesehatan, dan sebagainya.
Kendala dalam ketenagakerjaan adalah tingginya solidaritas antarpekerja
sehingga jika salah satu karyawan terkena musibah maka seluruh pekerja tidak
berangkat kerja.
CSR yang dilakukan PT Perkebunan Tambi mencakup hampir semua
bidang yaitu bidang sosial, bidang kesehatan dan kerohanian, bidang pendidikan,
dan bidang ekonomi dengan pemberian bantuan dana, fasilitas, dsb.
B. Saran
Supaya kegiatan
di PT Perkebunan Tambi semakin baik maka dapat dilakukan:
1.
Pengontrolan peralatan dan mesin
oleh ahli mesin serta perawatan mesin berkala secara rutin.
2.
Peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia dengan pemberian motivasi berupa penghargaan bagi karyawan yang rajin
dan berprestasi.
3.
Pengembangan modal perusahaan dengan
pemanfaatan keuntungan perusahaan untuk kegiatan yang dapat melipatgandakan
keuntungan tersebut sehingga perusahaan bisa berkembang bahkan dapat
menciptakan brand sendiri yang dapat langsung dipasarkan dan mampu membiayai
kegiatan ekspor.
DAFTAR
PUSTAKA
Andika, Kartono.2014.Agrowisata Kebun Teh Tambi. Diakses
dari
http://klikdieng.com/agrowisata-kebun-teh-tambi/ pada 11 Mei 2016 pukul 15.00WIB
Anhar, Fahmi.2012.Budidaya Teh: Teknik Cara Bercocok
Tanam Teh. Diakses dari http://1001budidaya.com/budidaya-teh/ pada 10 Mei 2016 pukul 19.00 WIB
Anonim. 2010.
Profil Perusahaan PT Perkebunan Tambi. Diakses dari
http://ptperkebunantambi.com/hal-profil-perusahaan.html#ixzz472ZCMMZa pada 10 Mei
2016 pukul 18.20 WIB.
Shukendar.2011. Kabar Pertanian: Teknik Budidaya Tanaman
Teh. Diakses dari
http://shukendar.blogspot.co.id/2011/11/teknik-budidaya-tanaman-teh.html pada 10 Mei 2016 pukul 18.30 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar